
Berapa Lama Kita Hidup Dengan Anak Kita?
Harapan setiap orang tua adalah bisa selalu bersama dengan anak-anak mereka. Tapi faktanya, tak ada orang tua yang selalu bisa tinggal bersama sang anak.
Suatu ketika seorang ayah yang sukses besar dan mempunyai empat orang anak membangun rumah yang sangat besar dan luas, setiap anak dibuatkan kamar tersendiri dengan harapan agar suatu saat mereka dewasa bisa punya kamar masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, anak-anaknya sudah dewasa, mereka mulai membentuk keluarga masing-masing dan ingin hidup mandiri jauh dari orang tua. Rumah besar serta kamar yang dibuat khusus kini sudah tidak berpenghuni. Tinggallah dalam rumah tersebut sang ayah dan ibu yang selalu merasa kesepian.
Berdasarkan kisah diatas, mari sedikit kita merenungkan bahwa hidup ini adalah perjalanan yang tak akan pernah kembali. Kehidupan kita terus bergerak meninggalkan masa-masa dibelakangnya hingga suatu ketika kitapun akan meninggalkan kehidupan.
Saat Usia 20 an tahun
Pada usia ini kita memutuskan untuk menikah dan membentuk keluarga sendiri. Kita punya anak, kita mulai bermain dengan anak kita yang lucu-lucu, hidup penuh dengan kegembiraan dan keceriaan bersama anak. Oh, lucunya…..
Saat Usia 30 an tahun
Kita sadar bahwa anak-anak kita sudah mulai remaja, mereka mulai mengenal kata cinta, mereka mulai sering keluar rumah dan bergaul bersama teman-temannya. Oh, betapa ganteng dan cantiknya mereka…..
Saat Usia 40 an tahun
Kita melihat anak-anak kita mulai mandiri dan jauh dari kita karena sedang menggapai cita-citanya melalui kuliah, ia mulai sangat jarang dirumah bersama kita. Allah, jaga mereka….
Saat Usia 50 an tahun
Kita mendengar dari anak-anak kita yang ingin memutuskan menikah dan hidup mandiri. Mereka memutuskan untuk pergi jauh dari kita untuk membentuk keluarga sendiri. Hanya sekali setahun mereka pulang dan membawa cucu-cucu yang lucu menggemaskan…
Lalu kita berkata….
“Ya Allah…betapa singkatnya hidup ini. Jangan jadikan kami termasuk orang yang menyia-nyiakn kehidupan. Lindungi keluargaku dan keturunanku dari siksa dunia akhirat.”
Sangat singkat bukan?
Ya, itu belum lagi jika umur kita tidak panjang, semua yang sudah berjalan tidak akan pernah bisa kembali lagi. Kita tidak akan bisa selamanya hidup dengan anak-anak kita. Semua ada masanya. Maka sebagai orang tua, jadilah orang tua yang selalu bersama anak disaat mereka membutuhkan kita.
Jangan pernah ridha jika anak-anak kita mengenal huruf-huruf Al-Quran, bisa membaca Al-Quran dari orang lain.
Jika merasa tidak bisa mengajarkan mereka Al-Quran karena tidak bisa baca Al-Quran, mengapa tidak segera mempelajarinya? Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya?
Saat anak lebih memilih belajar bersama gurunya, membuat PR di tempat lesnya, menceritakan tentang lawan jenis pada temannya, bukan pada orang tuanya. Tanyakan, mengapa mereka begitu nyaman dengan gurunya bukan orang tuanya? Mengapa mereka begitu percaya pada temanya bukan orang tuanya?
Kemana kita sebagai orang tua saat mereka butuhkan? Apa kita sedang sibuk bekerja dengan alasan demi masa depan mereka? Masa depan seperti apa?
Maka, saat tubuh kita terbujur kaku, jangan marah apabila anak-anak kita menyerahkan pengurusan jenazah kita pada orang lain karena mereka tidak tau doa, tidak hafal ayat, tidak tau tata cara pengurusannya.
Yang dibutuhkan anak bukan hanya kecukupan uang tapi mereka butuh waktu luang untuk bersama kita saat mereka membutuhkannya.