Sekitar Kita

Toleransi Keblinger Ala Bu Dosen Rosnida Sari

Setelah sebelumnya pernah saya posting tentang seorang dosen yang membawa mahasiswa ke gereja, [Baca: Kemana Sang Dosen Pembawa Mahasiswa Ke Gereja Menghilang?] kini sang dosen mulai menampakkan diri. Ternyata, sang dosen yang sempat dikabarkan menghilang berlindung di Jakarta dan menemui beberapa pegiat HAM untuk memberinya perlindungan.

Ada hal menarik dari apa yang beliau konfirmasikan melalui pegiat HAM Andreas Harsono. Melalui situs milik pribadi Andreas beliau mengutarakan bahwa kakek beliau adalah seorang ulama di Takengon yang memelihara Anjing untuk mengejar babi dan mereka terbiasa dengan anjing. Lengkapnya beliau memaparkan seperti ini;

“Kakek saya adalah ulama di Takengon. Beliau punya dua anjing yang dipelihara untuk mengejar babi di kebun. Kami terbiasa dengan anjing. Sesuatu yang mungkin tidak biasa bagi mereka yang di pesisir. Lagipula anjing itu kering. Kalau kering dia kan tidak najis?

Tentang jilbab, ketika kamu berada di negara yang mayoritas berbeda agama dan kamu berada di lingkungan mereka, kamu ingin tahu kehidupan mereka. Apakah kamu mau dilihat aneh karena terlihat berbeda? Mungkin bagi mereka yang hanya hidup di seputaran kampus, terbiasa melihat mahasiswi berjilbab. Tapi kalau kamu berada di wilayah yang tidak berjilbab? Saya memilih tidak menggunakan jilbab. Ia membuat saya lebih leluasa belajar dan melihat budaya mereka, tanpa dicurigai sebagai pembawa bom dalam ransel. Banyak dari mereka masih mengidentikkan Muslim sebagai teroris, bawa ransel berisi bom bunuh diri”

Baca Juga:  STOP Konsumsi Coca-Cola

Menurut saya, ini adalah pemahaman yang aneh dari seorang dosen bergelar doktor yang pernah belajar di Australia. Bagaimanapun, memenggang anjing adalah najis terlepas dari kering atau basah.. Beda halnya dengan anjing yang dipelihara untuk menjaga rumah, itu dibolehkan, tapi bukan berarti dibolehkan untuk mencium atau memeluk anjing seperti yang ibu doktor ini lakukan. Tidak bijak menjadikan kakek yang seorang ulama menjadi alasan untuk boleh memegang, memeluk atau mencium anjing. Sungguh memalukan keluarga ulama.

Tentang jilbab, jilbab itu hukumnya wajib, silahkan buka dan baca di Al-Quran. Jadi alasan membuka jilbab karena berada dilingkungan yang mayoritas non muslim adalah keblinger. Saya justru banyak melihat teman-teman yang juga belajar di Australia tapi tetap berjilbab. Bahkan muslimah di Australia pun tetap berjilbab. Kalau alasan tidak berjilbab karena memang tidak ingin berjilbab silahkan, itu urusan lain, tapi kalau menjadikan non muslim sebagai alasan melepas jilbab, itu jadi masalah buat kami masyarakat Aceh. Dan pemikiran seperti ini tidak bisa kami terima di Aceh.

Kami masyarakat Aceh sangat paham arti toleransi tapi bukan toleransi keblinger seperti yang dibawa oleh ibu Doktor Rosnida Sari ini. Alasan yang diutarakan sang Dosen seperti alasan mengada-ngada untuk pembenaran diri menurut pemahaman sendiri. Kami tidak takut dengan agama Kristen, karna bagi kami mereka juga saudara sehingga kami pun berkewajiban memastikan mereka merasa nyaman hidup di daerah kami. Yang kami takutkan adalah pemikiran-pemikiran keblinger seperti yang dibawa oleh Doktor Rosnida Sari ikut merasup ke masyarakat Aceh.

Baca Juga:  Ini Cara Memuat Video Promosi, Buku, Mockup, Banner, Hingga Website dengan Mudah!

Wajar saja kemarahan banyak orang muncul pasca kejadian sang dosen membawa mahasiswa ke gereja. Hal ini terjadi justru menurut saya karena sang dosen melarikan diri setelah mengetahui banyak yang protes. Jika bu doktor Rosnida Sari merasa benar dengan apa yang dilakukan kenapa mesti takut? Kenapa tidak meminta bantuan kepala kampung lalu mengkonfirmasi apa yang terjadi dan meminta maaf? Bukankah bu Rosnida seorang yang berpendidikan tinggi? Kenapa memperkeruh masalah dengan lari dan meminta perlindungan pegiat HAM? Mengapa harus mengaku diancam dibunuh? Lebay….Beginilah akibat kalau belajar Islam bukan ke negeri Muslim. Keblinger….

Tak salah jika orang seperti ini tidak lagi diperkenankan mengajar di kampus setingkat UIN Ar-Raniry. Lebih baik ilmu Australianya dikembangkan saja di daerah lain. Bukan di Aceh. Kalau kata Upin dan Ipin, Kasian…Kasian…Kasian…

Workshop Toko Online

Pendapat atau Pertanyaan Anda?

comments

Musthafa Kamal

Seorang manusia fakir ilmu yang selalu berusaha belajar dan menjadi lebih baik agar bisa berbuat sebanyak-banyaknya untuk orang banyak. Menyukai dunia Desain Grafis, Blogging, Traveling, Online Marketing, Diet, Bisnis dan Ekonomi Islam

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker