Forgive and Forget
Dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Ditengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, merasa sakit hati, tapi dengan tanpa berkata-kata, dia menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENAMPAR PIPIKU.
Mereka terus berjalan, sampai menemukan sebuah oasis, dimana mereka memutuskan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, mencoba berenang namun nyaris tenggelam, dan berhasil diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai siuman dan rasa takutnya sudah hilang, dia menulis di sebuat batu HARI INI, SAHABAT TERBAIK KU MENYELAMATKAN NYAWAKU.
Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, “Kenapa setelah saya melukai hatimu, kau menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?” Temannya sambil tersenyum menjawab, “Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya diatas pasir agar angin maaf datang berhembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya diatas batu hati kita, agar tidak bisa hilang tertiup angin.”
Dalam hidup ini sering timbul beda pendapat dan konflik karena sudut pandang yang berbeda. Beragam manusia beragam pula cara ia berfikir, namun hakikatnya semua kebenaran tetap datang dari Allah. Terkadang, hanya gara-gara persoalan sepele kita berselisih bahkan nauzubillah sampai memutuskan hubungan silaturahmi.
Suatu hal tercela yang tidak pernah diajarkan Rasulullah. Sehingga acapkali yang muncul hanyalah kebencian dan permusuhan, maka 1 pandangan muncul dibenak saya, kalaulah dengan membenci, bemusuhan, bisa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, menyelesaikan masalah, marilah kita saling membenci, tapi saya rasa itu sesuatu yang amat sangat mustahil wujudnya, justru yang terjadi dengan membenci dan bermusuhan membuat orang kehilangan nyawa, membuat orang merasa sakit, dan membuat masalah tidak pernah selesai.
Sungguh, seluruh umat manusia dimuka bumi ini mengakui keagungan sifat yang dibawa manusia bernama Muhammad, ia diikuti bukan karna ajaranya saja, tapi pertama yang menarik orang kepadanya adalah kemuliaan akhlak dan kemurahan hati tuk memaafkan orang-orang yang menyakitinya, baru kemudian apa yang beliau bawa diikuti.
Beliau dicaci, dimaki, dibilang gila dilempari kotoran, tapi beliau tidak pernah memohon kepada Allah “Ya Allah, aku sudah tidak tahan…. binasakanlah mereka” seperti doa yang diucapkan kebanyakan nabi-nabi sebelum beliau, tapi beliau malah berdoa “Ya Allah, ampunilah mereka, tunjukanlah mereka jalan-Mu yang lurus”. Nah, loh, Kurang apalagi dengan beliau? Tidak ada yang kurang, hanya saja kita sebagai umatnya yang kurang ajar. Lupa akan apa yang beliau ajarkan. Kita lebih senang mengikuti bahkan meniru artis-arti TV.
Hidup kita tinggal hitung detik, kapan waktu itu datang, tiada tempat bagi kita untuk sembunyi, apalagi berkata “jangan dulu, aku belum siap”. Nauzubillah ketika kita meninggalkan dunia, orang disekeliling kita tersenyum bahkan tertawa dengan kepergian kita. Saat lahir kita disenyumin dan ditertawai, akankah saat kita mati hal itu akan terulang?. Mari lupakan semua kesalahan, mari belajar menulis diatas pasir terhadap suatu kesalahan teman kita, dan menulis diatas batu terhadap setiap kebaikan teman kita. Kebenaran hanya milik Allah. Wallahu’alam