KisahPersonal

Gara-Gara SMS “Aslkm, akhi pa kabar?”

Jodoh, rezeki dan maut adalah ketentuan Allah, hanya Allah yang Maha Tahu siapa jodoh kita, berapa banyak rezeki kita dan kapan kita akan disuruh minggat dari dunia ini. Tapi bukan berarti kita sebagai manusia hanya diam saja menunggu datangnya jodoh, rezeki dan maut. Allah tidak akan mengubah apa-apa dari makhluknya selama makhluk tersebut tidak pernah berusaha untuk mengubahnya sendiri.

Merasa sulit jodoh, sulit rezeki? tanyakan pada diri sendiri apa yang sudah kita lakukan untuk mendapatkannya, bisa jadi usaha kita masih kurang dan bisa jadi pula Allah masih punya cara terbaik untuk kita yang kita belum ketahui dan lakukan. Disaat seperti ini yang harus kita lakukan adalah terus berusaha tanpa henti untuk menemukan apa yang kita inginkan sementara hasil akhirnya adalah keputusan Allah dan itulah yang terbaik untuk kita.

Dulu, saat akan memutuskan untuk segera menikah saya belum tahu akan menikah dengan siapa. Beberapa usaha saya lakukan seperti berkenalan dengan yang belum kenal meski dicuekin, minta bantuan beberapa teman untuk dicarikan sampai pernah akan datang ke rumah seorang gadis untuk berjumpa langsung dengan orang tuanya, tapi tiba-tiba entah dapat angin dari mana rencana itu batal dan saya lebih memilih mengajak teman yang harusnya menemani saya pergi kerumah sang gadis pergi ketempat wisata bersama calon istrinya. Anehkan? gimana coba perasaan gadis tersebut? tapi alhamdulillah ia memahami…

Baca Juga:  Surga dalam Derita

Sampai akhirnya suatu saat saya sedang duduk-duduk di Rumah Nutrisi menunggu konsumen yang datang sebuah sms masuk, “Aslkm, akhi pa kabar?” sedikit tersentak. Pengirim sms nya adalah seorang santriwati disebuah pondok pesantren yang dulu pernah membantu saya menjual buku yang saya tulis, tepat nya dua tahun lebih kami tak pernah komunikasi, saat dulu kenal pun belum pernah tahu seperti apa wajahnya dan berkenalan hanya seputar buku. Smsan pun berlanjut saat itu, nanya kabar dan ini itu lainnya, hingga tiba-tiba saya nanya “boleh minta fotonya ukhti?” “Sebentar ya” balasnya. Tak lama kemudian sebuah foto masuk ke hp melalui pesan MMS. Tiba-tiba jantung deg-degan tangan bergetar gak tau kenapa.

Beberapa hari setelah itu saya mengajaknya untuk bertemu, alhamdulillah dia mau tapi dengan syarat harus ajak kawan, saya pun bilang memang harus bawa kawan. Dengan penuh semangat saya pulang dari Banda Aceh ke Lhokseumawe (jarak tempuh 6 jam-an) hanya untuk bertemu dengannya. Ntah apa rasanya saat pertemuan pertama tersebut. Kami tidak banyak bicara, justru yang banyak ngoceh adalah temannya. Kami berdua lebih banyak diam, natap mata pun tidak berani, lebih banyak makan. Hehehehe…

Beberapa hari kemudian (setelah sedikit mencari info tentang dia melalui teman-temannya) saya menyatakan ingin menikahinya. Ia memberi saya waktu 2 minggu untuk berfikir dan saya amini dengan mengatakan padanya silahkan cari info sebanyak-banyaknya tentang saya sebelum mengambil keputusan.

Baca Juga:  Harga BBM Dari Presiden Soeharto Ke Jokowi, Murahan Mana?

Saat dua minggu tiba, dia belum memberikan jawaban, tapi sesuai janji, saya tetap menanyakan jawabannya. Meski dengan nada malu, Alhamdulillah jawabannya “ia mau”. Beberapa hari setelah itu, tepatnya saat hari pertama idul adha, saya datang kerumahnya bersama seorang teman. Itu adalah pertemuan kami kedua, sama seperti pertemuan pertama, tidak banyak omongan. Yang banyak bicara ibunya. Disitulah saya memberanikan diri untuk ngomong langsung kepada sang ibu bahwa saya datang untuk melamar anaknya. Si ibu menerima jika anaknya pun terima. Alhamdullillah…seunangnya dalam hati bila diterima calon mertua. hehehehe..

Sepulang dari rumahnya saya berjumpa dengan orang tua saya untuk memberi tahukan keinginan menikah dengannya. Saat itu ayah dan ibu bilang, kapan bisa kerumah melihatnya? saya langsung bilang besok. Dan hari raya idul adha kedua orang tua saya pun datang kerumahnya. Alhamdulilah setelah berjumpa langsung, ayah dan ibu mengamini. Seminggu kemudian orang tua saya datang lagi kerumahnya untuk acara lamaran.

Dan akhirnya kami menikah pada hari Minggu, 08 Januari 2012. Saat itu saya masih dalam masa-masa menyusun skripsi di Jurusan Bahasa Inggris IAIN Ar-Raniry yang sekarang menjadi UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan istri masih semester 4 di Jurusan Ekonomi UNIMAL Lhokseumawe.

Manusia boleh berencana tapi Allah yang menentukan, begitulah ketentuannya. Istri saya akhirnya adalah orang yang dulu membantu mempromosikan buku saya. hehehehe…

Berbeda dengan pasangan lain yang penuh dengan persiapan ini itu, acara akad nikah kami benar-benar tanpa persiapan. Insyaallah nanti akan saya coba sharing kan di postingan lainnya. hehehehehe…

Baca Juga:  Kisah Sukses Howard Schultz Mantan Sales Yang Saat Ini Menjadi CEO Starbuck
Musthafa Kamal Bin M. Jamil Usman dan Afriani Binti Iskandar
Musthafa Kamal Bin M. Jamil Usman dan Afriani Binti Iskandar

 

Workshop Toko Online

Pendapat atau Pertanyaan Anda?

comments

Musthafa Kamal

Seorang manusia fakir ilmu yang selalu berusaha belajar dan menjadi lebih baik agar bisa berbuat sebanyak-banyaknya untuk orang banyak. Menyukai dunia Desain Grafis, Blogging, Traveling, Online Marketing, Diet, Bisnis dan Ekonomi Islam

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker